Jakarta, CNBC Indonesia – Bank Indonesia (BI) mengungkapkan arah suku bunga acuan dengan level tinggi akan bertahan lama.
“Bunga lebih tinggi lebih lama, suku bunga tinggi dan akan bertahan lama,” jelas Gubernur BI Perry Warjiyo saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Senin (21/11/2022).
Arah pembacaan tingginya suku bunga acuan mengacu pada kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) alias The Federal Reserve dan bank sentral negara maju lainnya.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Foto: Perry Warjiyo, Bank Indonesia. (Screenshot Channel Youtube Komisi XI DPR RI)
Perry Warjiyo, Bank Indonesia. (Screenshot Channel Youtube Komisi XI DPR RI)
Perry mengatakan, di AS kenaikan fed fund rate (FFR) bulan ini sebesar 75 basis poin (bps) menjadi 4%, kemungkinan pada Desember 2022 akan naik lagi 50 basis poin menjadi 4,5% menjadi 5% tahun depan.
“Kami perkirakan tahun depan naik lagi dari 4,5% menjadi 5%. Ada yang memprediksi mencapai 5,25% dan puncaknya mungkin pada kuartal I dan II (2023), dan tidak akan turun dalam waktu dekat ini,” terangnya. Perry. .
“Dan ini suku bunga tinggi lebih lama. Sama di Eropa,” kata Perry.
Bank Sentral Eropa (ECB), kata Perry, juga akan terus menaikkan suku bunga, begitu juga dengan kenaikan suku bunga acuan oleh otoritas moneter di Inggris.
Namun, kenaikan suku bunga acuan di banyak negara maju membuat Perry pesimis inflasi akan turun.
“Jadi ada kejar-kejaran antara kenaikan suku bunga dengan inflasi yang tinggi. Makanya disebut risiko stagflasi,” jelas Perry.
“Pertumbuhan tidak berubah dan menurun serta inflasi tinggi, bahkan saat ini ada risiko reflasi, risiko resesi dan inflasi tinggi,” kata Perry lagi.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Berikutnya
Inflasi RI Mempercepat Kenaikan Suku Bunga Rujukan? Ini jawaban Bos BI
(cap/mij)