Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Joko Widodo menyampaikan kekecewaannya atas ekspor bijih timah mentah ke luar negeri. Padahal nilai tambah komoditas tersebut sangat besar.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menyatakan Indonesia merupakan eksportir timah nomor 1 dunia. Sementara itu, China kini menjadi importir timah terbesar di dunia. Artinya, timah yang telah diproduksi RI diekspor ke China secara besar-besaran.
Padahal, jika timah ini diolah lebih lanjut di dalam negeri, nilai tambahnya bisa meningkat hingga 69 kali lipat. Karena itu, dia mendesak percepatan hilirisasi bijih timah di negeri ini.
“Kalau kita buat komponen PCB, nilai tambahnya bisa 69 kali lipat. Kenapa kita tidak buat? Kenapa kita ekspor? Dan negara lain dapat apa,” kata Jokowi di Mandiri Investment Forum di Jakarta, dikutip Sabtu (5/ 2/2023 ).
Ia juga menekankan bahwa Indonesia perlu konsisten dalam melaksanakan program hilirisasi komoditas pertambangan. Bahkan, Jokowi tak gentar jika pihak internasional kembali menggugat atas apa yang terjadi pada nikel.
“Hati-hati kita harus konsisten. Ini terjadi lagi, gugatan lagi, tidak apa-apa. Jangan luntur,” pintanya.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Seperti diketahui, pada Oktober 2022, Indonesia dinyatakan kalah dalam gugatan pertama di Dispute Settlement Body (DSB) World Trade Organization (WTO) terkait larangan ekspor bijih nikel.
Namun, Presiden menegaskan komitmennya untuk tidak mundur. Sebab, kebijakan hilirisasi dalam negeri penting dalam upaya Indonesia menjadi negara maju.
“Saya bilang Pak Menteri jangan tengok kiri kanan. Digugat di WTO, kalah terus, karena ini yang akan mendorong negara berkembang menjadi negara maju, apalagi negara kita,” ujarnya.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Berikutnya
Jokowi Buka Fokus Perekonomian Indonesia di KTT Asean
(emy/dhf)