Jakarta, CNBC Indonesia – Dalam sepekan terakhir, rupiah melemah 1,26% terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjadi Rp 15.685/US$. Rupiah juga melemah selama 5 hari berturut-turut.
Pekan ini rupiah berpeluang menguat karena investor asing mulai melirik pasar obligasi Indonesia.
Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun mengalami kenaikan yang signifikan, turun 15,7 basis poin menjadi 7,045% pada pekan lalu.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Yield SBN turun selama 3 minggu berturut-turut, ini bisa menjadi kabar baik. Artinya, SBN mulai diminati investor, terutama investor asing. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, sepanjang bulan ini hingga 15 November investor asing membeli SBN di pasar sekunder senilai Rp 8,8 triliun.
Ini tentu menjadi kabar baik, karena sejak awal tahun terjadi penjualan yang sangat besar. Jika aliran masuk modal ke pasar SBN berlanjut pekan depan, rupiah berpeluang menguat.
Sementara di luar, pelaku pasar pekan depan akan menunggu komentar dari pejabat elit The Fed.
Tingkat pengangguran di AS meningkat, dan inflasi menurun. Beberapa pejabat Fed telah mengindikasikan kemungkinan bahwa kenaikan suku bunga akan dilonggarkan.
Semakin banyak petinggi The Fed mengungkapkan hal ini, tentu akan berdampak positif. Imbal hasil Treasury AS berpotensi lebih rendah, seperti halnya dolar AS. Aliran modal ke pasar SBN berpotensi berlanjut, dan rupiah juga berpeluang menguat.
Secara teknikal, area Rp 15.450/US$ terbukti menjadi support kuat menahan penguatan rupiah yang dilambangkan oleh USD/IDR.
Saat menguat Jumat lalu (11/11/2022), rupiah hanya mampu mengujinya, dan gagal melewatinya. Setelah itu, rupiah melemah selama 5 hari berturut-turut pada pekan lalu.
Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitif
Level tersebut adalah Fibonacci retracement 38,2% dan menjadi ‘pintu downgrade’ rupiah, selama masih tertahan di atasnya.
Retracement Fibonacci diambil dari titik terendah pada 24 Januari 2020 di Rp13.565/US$ dan tertinggi pada 23 Maret 2020 di Rp16.620/US$.
Sebelumnya, rupiah terus tertekan sejak menembus di atas moving average 50 hari (50 moving average/MA50).
Indikator Stochastic pada daily chart sedang naik menuju area overbought.
Stochastic adalah leading indicator, atau indikator yang memulai pergerakan harga. Saat Stochastic mencapai area overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga instrumen berpeluang berbalik arah.
Resisten terdekat ada di kisaran Rp 15.700/US$. Jika rupiah tembus, ada risiko melemah hingga Rp 15.750/US$. Penembusan di atas level ini akan membawa rupiah ke IDR 15.800/US$ minggu ini.
Sedangkan support berada di kisaran Rp 15.630/US$ – Rp 15.600/US$. Jika ditembus secara konsisten, rupiah berpeluang menguat ke Rp15.520/US$ pekan ini.
TIM PENELITIAN CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Berikutnya
Rupiah Poni Lagi! Amerika Tidak Akan Dalam Resesi Pada Pertengahan Tahun?
(pap/pap)