Jakarta –
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat ada 12 subsektor industri mengalami kontraksi. Hal itu berdasarkan Indeks Keyakinan Industri (IKI) yang baru saja dirilis.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan pemerintah menyiapkan beberapa strategi agar industri bisa pulih. Salah satu industri yang mengalami tekanan adalah industri tekstil.
Lebih lanjut, kata Agus, untuk membantu industri yang terdampak parah, pemerintah akan membantu dari sisi pembiayaan. Hal ini telah dilakukan di subsektor tekstil.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
“Kami sudah berdiskusi dengan OJK dimana OJK telah mengeluarkan surat edaran untuk restrukturisasi perusahaan tekstil pembiayaan. Ini tentu akan membantu. Kita lihat nanti apakah subsektor lain yang memiliki kontrak juga perlu mendapat perlakuan yang sama terkait restrukturisasi utang. ,” jelasnya dalam rapat kerja dengan Komisi VII di Jakarta, Rabu (7/12/2022).
Hal lain yang sedang dibahas adalah larangan dan/atau larangan (lartas). Ini kewenangan Kementerian Perdagangan dan akan diusulkan oleh Kementerian Perindustrian.
Agus mengatakan, lartas ini memiliki berbagai bentuk antara lain perlindungan, bea masuk anti dumping dan kemungkinan tempat masuknya barang impor yang ditetapkan di lokasi-lokasi terpencil. Penetapan titik masuk yang jauh akan mengakibatkan kenaikan harga barang impor karena adanya tambahan biaya logistik.
“Ini bisa diurus, bisa anti dumping bea masuk, kita juga bisa pakai kebijakan port of entry, kita atur jauh. Misalnya di Indonesia timur, barang impor yang masuk ke Indonesia akan lebih mahal karena disana kan biaya logistik, misalnya kita atur untuk tekstil,” jelasnya.
Agus menjelaskan permintaan dari dalam negeri sebenarnya masih cukup sehat. Menurutnya, kendalanya ada pada ekspor.
“Ekspor tekstil sangat terimbas. Sepatu juga masih bagus, tapi kontrak juga sudah mulai ditinjau oleh negara pengimpor. Furnitur sangat terimbas,” ujarnya.
Menurut dia, pelemahan ekspor terjadi akibat imbas gejolak ekonomi. Masalahnya, jika negara lain menghadapi masalah yang sama maka mereka akan mencari pasar lain. Karena itu, kata dia, latar belakang itu penting.
“Pasar dalam negeri ini masih ada. Kita bisa bayangkan masalah yang sama juga dihadapi oleh produk-produk yang berasal dari, katakanlah China. Barang-barang dari China juga memiliki masalah yang tidak bisa terserap di Eropa akibat perlambatan ekonomi Eropa. Tidak bisa terserap .di Amerika karena ekonomi Amerika semakin melemah, sudah pasti mereka akan melirik pasar lain,” jelasnya.
“Saya tidak menuduh, tapi kita harus hati-hati, makanya ini salah satu hal penting agar praktik dumping tidak dilakukan oleh negara lain,” lanjut Agus.
Tonton Video “Pemerintah Masih Upayakan Subsidi Kendaraan Listrik”
[Gambas:Video 20detik]
(acd/zlf)