Jakarta, CNNIndonesia —
Penjualan rumah atau real estate di berbagai negara termasuk Amerika Serikat dan Cina anjlok akibat lonjakan pengangguran di tengah gejolak ekonomi.
Menurut catatan resmi di negara itu, harga rumah baru di China turun pada Oktober 2022 dengan laju tercepat dalam tujuh tahun. Berdasarkan data China Index Academy, penjualan rumah di China bahkan turun 43 persen tahun ini.
Sementara itu, penjualan rumah di AS turun lebih dari 28 persen dari tahun ke tahun di bulan Oktober. Menurut National Association of Realtors, ini adalah penurunan bulanan kesembilan berturut-turut.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
“Secara keseluruhan, ini adalah prospek pasar perumahan yang paling mengkhawatirkan sejak 2007-2008, dengan pasar berada di antara prospek penurunan moderat dan penurunan tajam 15 hingga 20 persen,” kata ekonom Oxford Economics Adam Slater kepada CNN Business, Kamis ( 24/11).
Selain itu, harga rumah telah jatuh di lebih dari setengah dari 18 negara maju yang dicatat oleh Oxford Economics, termasuk Inggris, Jerman, Swedia, Australia, dan Kanada. Penurunan harga sekitar 7 persen dari Februari hingga Agustus 2022.
Tak hanya AS dan China, Selandia Baru juga merasakan ancaman yang sama. Waktu yang dibutuhkan untuk menjual properti di Tanah Air kini meningkat rata-rata 10 hari sejak Oktober 2021. Bahkan, penjualan anjlok hampir 35 persen dan rata-rata harga rumah turun 7,5 persen selama setahun terakhir.
Kenaikan suku bunga mendorong perubahan dramatis. Bank-bank sentral di seluruh dunia berjuang melawan inflasi dan mempertahankan kebijakan moneter yang ketat dengan menaikkan suku bunga ke tingkat yang tidak terlihat dalam lebih dari satu dekade. Hal ini berdampak pada kenaikan suku bunga pinjaman.
Selain kenaikan suku bunga, pasar tenaga kerja juga memainkan peran yang lebih besar dalam menentukan jatuhnya harga rumah atau real estate. Oxford Economics menunjukkan bahwa lapangan kerja merupakan faktor kunci karena lonjakan pengangguran meningkatkan jumlah pedagang manusia.
“Sejarah menunjukkan bahwa jika pasar tenaga kerja bisa tetap kuat maka kemungkinan koreksi yang lebih jinak akan lebih tinggi,” kata Innes McFee, Kepala Ekonom Global di Oxford Economics.
Menurut perkiraan Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), prospek pasar tenaga kerja global telah memburuk dalam beberapa bulan terakhir dan tren lowongan pekerjaan saat ini diperkirakan akan menurun. Selanjutnya, pertumbuhan lapangan kerja global akan menurun secara signifikan pada kuartal terakhir tahun 2022.
Tingkat pengangguran AS naik pada bulan Oktober menjadi 3,7 persen. Sementara itu lowongan kerja di Inggris turun ke level terendah dalam setahun. Office for Budget Responsibility (OBR) Inggris memperkirakan pengangguran akan meningkat sebesar 505.000 ke puncak 1,7 juta orang atau 4,9 persen pada kuartal ketiga tahun 2024.
[Gambas:Video CNN]
(skt/dzu)