Jakarta, CNN Indonesia —
Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian Yan Rachinsky dari Rusia mengecam perang “gila dan kriminal” Rusia di Ukraina saat pidato nominasi Hadiah Nobel di ibukota Norwegia, Oslo, Sabtu (10/12).
Rachinsky, yang tergabung dalam organisasi hak asasi manusia Memorial, mengklaim bahwa penentangan terhadap apa yang disebut “fasisme” Rusia di bawah Putin menambahkan “pembenaran ideologis untuk kegilaan dan kejahatan perang atas invasi ke Ukraina”.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Memorial, salah satu kelompok hak asasi manusia yang paling terkenal dan dihormati di Rusia, berusaha mengungkap pelanggaran dan kekejaman era Stalinis selama lebih dari tiga dekade sebelum ditutup oleh Mahkamah Agung akhir tahun lalu.
Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian Ukraina Oleksandra Matviichuk mendesak pengadilan internasional untuk mengadili Putin dan orang kuat Belarusia Alexander Lukashenko atas “kejahatan perang” dalam pidato tersebut.
Matviichuk, yang menerima hadiah Nobel atas nama organisasi hak asasi manusia Pusat Kebebasan Sipil di Ukraina, mengatakan ini bisa menjadi cara untuk “menjamin keadilan bagi mereka yang terkena dampak perang”.
Matviichuk memperingatkan bahwa penjahat perang seharusnya tidak hanya dihukum setelah jatuhnya rezim otoriter, menambahkan bahwa “keadilan tidak bisa menunggu”.
“Kita harus membentuk pengadilan internasional dan membawa Putin, Lukashenko, dan penjahat perang lainnya ke pengadilan,” lanjutnya.
Memorial dan Pusat Kebebasan Sipil memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian 2022 pada Sabtu (10/12) bersama advokat Belarusia Ales Bialiatski yang dipenjara. Tiga pemenang berbagi kumpulan hadiah US$900.000.
Pemenang baru diberikan penghargaan atas ‘upaya luar biasa untuk mendokumentasikan kejahatan perang, pelanggaran hak asasi manusia dan penyalahgunaan kekuasaan di negara masing-masing.
(biaya)
[Gambas:Video CNN]