Jakarta –
Disrupsi karena berbagai kondisi menuntut pelaku bisnis untuk bisa berinovasi. Presiden Direktur PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) Vassilis Gkatzelis mengatakan bahwa disrupsi merupakan katalis untuk inovasi atau perubahan.
Dalam IdeaFest 2022 Conference, Minggu (27/11/2022) di Jakarta, Vassilis mengatakan bahwa umumnya inovasi disruptif datang dari pemain baru, seperti startup. Namun, dia menekankan perusahaan besar juga perlu berpartisipasi dalam inovasi.
“Kenyataannya adalah kesempatan datang kepada mereka yang terus berinovasi. Kita perlu memikirkan hal yang tidak terpikirkan, mulai bermimpi, dan melampaui apa yang bisa kita lakukan hari ini,” ujar Vassilis yang dikutip dalam keterangan tertulis, Senin (28/11/2019). 2022). ).
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Ia menjelaskan, iptek berperan penting bagi industri dalam mewujudkan inovasi, termasuk inovasi yang berdampak positif bagi lingkungan. Dia mengatakan ada contoh produk dan layanan inovatif yang menawarkan alternatif kehidupan yang lebih baik.
“Industri otomotif berinovasi melalui kendaraan listrik sebagai alternatif yang lebih baik bagi lingkungan. Contoh lainnya adalah energi terbarukan, seperti turbin angin dan panel surya, yang berpotensi mengurangi emisi karbon dan melindungi planet kita,” jelas Vassilis.
Karena itu, ia menekankan bahwa bisnis perlu berinovasi untuk membawa pertumbuhan bisnis yang positif.
“Pada saat yang sama, inovasi yang mengganggu hanya dapat berkembang dalam lingkungan dan ekosistem yang mendukung. Oleh karena itu, sebagai pendorong, kebijakan berbasis sains yang inklusif dapat memainkan peran penting dalam mempercepat inovasi yang mengganggu,” kata Vassilis.
Menghadapi disrupsi, perusahaan induk Sampoerna, Philip Morris International (PMI) telah mengembangkan produk tembakau tanpa asap. Produk ini merupakan alternatif bagi perokok dewasa yang ingin terus menikmati produk tembakau dan nikotin, atau yang sulit berhenti merokok. Vassilis mengatakan produk tersebut memiliki risiko lebih rendah karena menghilangkan proses pembakaran, sehingga paparan zat berbahaya dan berpotensi berbahaya berkurang hingga 90-95 persen.
Selanjutnya, inovasi dalam disrupsi juga dilakukan oleh brand Kenangan Coffee. Chief Executive Officer dan Co-Founder Kopi Kenangan Edward Tirtanata berkomentar bahwa selama pandemi, bisnisnya mengalami kesulitan karena tidak mendapatkan pengunjung selama lockdown.
“Tentu kami banyak masalah karena toko kami di sekitar SCBD tidak ada penggunanya. Tapi di sini kami sangat penting untuk resiliensi. Karena pandemi adalah salah satu masalah dalam bisnis,” jelas Edward.
Dia menekankan, permasalahan dalam bisnis perlu dihadapi dengan inovasi. Untuk menghadapi krisis di masa pandemi, Edward menjelaskan bahwa Kopi Kenangan menerapkan berbagai strategi.
“Dari situlah tahun 2020 ketika ada badai PHK, kami menjadi brand yang tidak akan pernah di-PHK. THR dibayarkan. Dan tahun lalu, semua co-founder dan CEO hanya dibayar Rp 1. Itu komitmen kami untuk menjadi cadangan untuk pelanggan dan karyawan kami, katanya.
Tonton Video “Ingin Sukses Berbisnis, Cobalah Keluar dari Zona Nyaman”
[Gambas:Video 20detik]
(pf/ego)