Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah berhasil menguat selama 2 hari berturut-turut terhadap dolar Amerika Serikat (AS) Rabu lalu, meski kenaikannya masih kecil. Berdasarkan data Refinitiv, rupiah menguat 0,06% menjadi Rp15.685/US$, hanya 0,1% dari hari sebelumnya.
Rupiah berpeluang kembali menguat pada perdagangan Jumat (24/11/2022), merespons risalah rapat kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed) dini hari tadi.
Dalam pernyataan yang dikeluarkan, pejabat The Fed sepakat untuk segera menurunkan tingkat kenaikan suku bunga.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
“Mayoritas peserta menganggap tepat untuk segera memperlambat laju kenaikan suku bunga,” tulis risalah tersebut, seperti dilansir CNBC International, Kamis (24/11/2022).
Bank sentral paling kuat di dunia sekali lagi akan mengadakan pertemuan kebijakan moneter pada pertengahan Desember. Pasar melihat Fed menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 4,25% – 4,5% dengan probabilitas 68%, menurut perangkat FedWatch CME Group.
Seperti diketahui, The Fed sebelumnya telah menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin sebanyak empat kali berturut-turut sehingga suku bunga saat ini menjadi 3,75% – 4%.
Risalah tersebut juga menunjukkan bahwa dengan kenaikan suku bunga yang lebih kecil, pejabat Fed dapat menilai dampak dari kenaikan agresif sebelumnya.
Secara teknikal, area Rp 15.450/US$ terbukti menjadi support kuat menahan penguatan rupiah yang dilambangkan oleh USD/IDR.
Saat menguat Jumat lalu (11/11/2022), rupiah hanya mampu mengujinya, dan gagal melewatinya. Setelah itu, rupiah melemah selama 5 hari berturut-turut pada pekan lalu
Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitif
Level tersebut adalah Fibonacci retracement 38,2% dan menjadi ‘pintu downgrade’ rupiah, selama masih tertahan di atasnya.
Retracement Fibonacci diambil dari titik terendah pada 24 Januari 2020 di Rp13.565/US$ dan tertinggi pada 23 Maret 2020 di Rp16.620/US$.
Sebelumnya, rupiah terus tertekan sejak menembus di atas moving average 50 hari (50 moving average/MA50).
Indikator Stochastic pada grafik harian kembali berada di wilayah jenuh beli.
Stochastic adalah leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Saat Stochastic mencapai area jenuh beli (di atas 80) atau jenuh jual (di bawah 20), maka harga instrumen berpeluang berbalik arah.
Foto: Rupiah 1 Jam
Foto: Refinitif
Stochastic di chart 1 jam yang digunakan untuk memproyeksikan pergerakan harian turun namun belum memasuki wilayah jenuh jual. Sehingga ruang penguatan rupiah masih terbuka.
Rupiah kini kembali berada di bawah resistance di kisaran Rp 15.700/US$. Selama berada di bawahnya, rupiah berpeluang menguat menuju Rp15.660/US$, sebelum menuju Rp15.630/US$.
Namun jika kembali ke atas Rp15.700/US$, rupiah berisiko melemah menjadi Rp15.750/US$.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Berikutnya
Ramalan Dollar Menyentuh Rp 15.000, Kapan & Apa Alasannya?
(pap/pap)