Jakarta, CNN Indonesia —
Aktivis HAM Ales Bialiatski dari Belarusia, organisasi hak asasi manusia Russia Memorial dan Pusat Kebebasan Sipil Ukraina (CCL) akan dianugerahi Penghargaan Hadiah Nobel Perdamaian, Sabtu (10/12). Ketiganya mewakili tiga negara di tengah perang Ukraina.
Ketiganya bertekad untuk menghentikan perang antara Rusia dan Ukraina.
“Putin akan berhenti ketika dia dihentikan. Dia adalah pemimpin otoriter yang melihat setiap upaya dialog sebagai kelemahan,” kata ketua CCL Oleksandra Matviichuk, seperti dikutip AFP, Sabtu (10/12).
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Oleksandra mendesak negara-negara Barat untuk terus membantu Ukraina membebaskan wilayahnya yang diduduki Rusia, termasuk Krimea.
CCL telah mendokumentasikan kejahatan perang yang dilakukan oleh pasukan Rusia di Ukraina selama setahun terakhir. Melalui dokumentasi ini, Oleksandra ingin agar Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Belarusia Aleksandr Lukashenko diadili.
“Perang ini adalah genosida. Jika Ukraina berhenti berperang, kami akan musnah. Jadi, saya yakin cepat atau lambat Putin akan dibawa ke pengadilan internasional,” katanya.
Ketua Peringatan Yan Rachinsky juga setuju dengan Oleksandra. Namun, dalam komentarnya, dia lebih berhati-hati, mengingat ancaman hukuman Moskow terhadap mereka yang mengkritik konflik di Ukraina.
“Ukraina harus berjuang untuk kemerdekaannya, Ukraina tidak berjuang untuk kepentingannya sendiri, mereka berjuang untuk masa depan yang damai bagi kita semua,” kata Rachinsky.
“Pilihan di hadapan masyarakat internasional adalah antara situasi yang tidak menyenangkan hari ini dan bencana besok,” tambahnya.
Peringatan itu dimulai pada tahun 1989, dan selama beberapa dekade terakhir telah menyoroti kejahatan yang dilakukan oleh rezim totaliter Stalin. Mereka juga mendokumentasikan pelanggaran hak asasi manusia di Rusia.
Mahkamah Agung Rusia telah memerintahkan pembubaran Memorial pada akhir tahun 2021 dan memerintahkan penggerebekan di kantor Moskow pada 7 Oktober, hari diumumkan sebagai pemenang Nobel Perdamaian tahun ini.
“Sejauh menyangkut pembela hak asasi manusia, saat ini situasi di Rusia sangat buruk,” kata Rachinsky.
Sementara itu, pemenang Hadiah Nobel Perdamaian lainnya, Ales Bialiatski, saat ini berada di penjara menunggu persidangan. Ales dipenjara setelah tindakan keras Minsk terhadap protes massa terhadap rezim yang berkuasa.
Istrinya, Natalia Pinchuk, yang akan menerima hadiah Nobel, mengatakan bahwa masalah Belarusia juga diputuskan di medan perang Ukraina.
Ia mengatakan Bialiatski tidak berwenang memberikan pidato penerimaan penghargaan bergengsi itu karena masih ditahan.
Upacara penghargaan Nobel akan diadakan di Balai Kota Oslo dan akan dihadiri oleh keluarga kerajaan Norwegia dan pejabat khusus. Sementara itu, di Stockholm, upacara penghargaan terpisah akan digelar untuk menghormati peraih Nobel di bidang kedokteran, fisika, kimia, sastra, dan ekonomi.
Pemenang tahun ini akan mendapatkan medali emas, diploma, dan cek senilai 10 juta kronor Swedia atau US$970.000 (sekitar Rp15,11 miliar).
(dmi/agustus)
[Gambas:Video CNN]